Sore ini terasa panas,
matahari begitu terik sejak siang. Ku habiskan rokok di balkon gedung lantai
empat. Tak seorangpun menyangka ada tempat seperti itu di Gedung lengkung,
hanya aku kak Dewi, kak Mashita dan Kak Dian yang sering kesana. Tentu saja
karena tidak ada pintu untuk memasuki balkon tersebut. Untuk menuju kesana kamu
harus menaiki kursi dan melompati jendela kaca di ruang kuliah. Jika ada yang
menguncimu dari dalam maka tamatlah sudah, kamu tidak bisa kemana-mana kecuali
melompat dari lantai empat.
Suasana hatiku saat ini
tidak begitu enak, mungin akibat begadang semalam mengerjakan tugas
Poskolonial. Rasanya berat sekali untuk langsung pulang, badanku terlalu lemas.
Kuselonjorkan kakiku membelakangi balkon, dan kusetel music di handphone
menggunakan headset. Sungguh nyaman dan Rileks. Kurasakan semilir angin
menyentuh pipi dan leherku.
***
Sungguh Sesak!, rasanya
sulit untuk bernapas. Kubuka mataku dengan susah payah. Posisi badanku berubah
telentang di lantai, dan mendongak kearah langit-langit. Kurasakan lumpuh
diseluruh badanku. Aku tak bisa bergerak.
Shi*t! Tindihan di saat-saat seperti ini, dan ditempat
seperti ini!!
Kulirik kearah dinding
gedung, senja merah jatuh di lantai balon. Perkiraanku ini sudah lebih dari pukul
17. Ku berusaha menghilangkan kepanikan. Kucoba rileks untuk menghilangkan
pengaruh tindihan ini, karena aku tahu bila aku berusaha berontak energiku akan
semakin terkuras dan berakhir lemas. Namun apabila aku terhanyut, aku mungkin
saja bisa dirasuki roh. Sedangkan aku berada di lokasi balkon gedung lantai
empat, aku harus tetap terjaga dan tetap fokus..jika tidak ini benar-benar berbahaya.
Mataku nanar melihat
bayangan hitam legam melayang diatasku, menghilang sekelebat.
Ada yang mencoba bermain-main
denganku rupanya..
Kuberusaha berontak lebih
keras dan mengumpulkan seluruh nyawaku, namun energiku semakin terkuras,
Bayangan hitam meluas menggantikan senja.
Hari sudah mulai gelap!
Aku panik!! Kupejamkan
mataku dan kucoba berteriak, namun tercekat.
Dan… Tiba-tiba saja kudengar
seseorang berteriak memanggil namaku..
Aku tersadar.., pelan-pelan
kubuka mataku.. Ada yang menepuk-nepuk pipiku.
Aku masih berkunang-kunang
ketika ternyata aku melihat Jegeg Ari membangunkanku.
“Ari? Itu kamu?”
“Iya Ito, kamu gak papa?..,
kamu kok tidur disini?, aku tadi ngambil jaketku ketinggalan di kelas.. Eh ada
kamu., kupanggil-panggil gak nyahut, kupikir kamu pingsan..”
“Makasih ya Ari.. aku tadi
tindihan Ri, ga bisa bangun..”
“Hah? Serius? “
Aku mengangguk. Kemudian Ari
membantuku untuk bangkit. Kubergegas beranjak dari balkon. Waktu menunjukan
pukul 17.40. Ari adalah mahasiswi dikelasku yang berasal dari Bali. Untunglah
ada dia, aku bisa selamat.
Ruang-ruang kelas terlihat
gelap namun aku merasakan aktivitas yang lain disana. Ku lihat ada sesuatu yang
bersinar dari gelang yang dipakai Ari. Gelang apa itu aku tak tahu, yang aku
tahu aku merasa sangat lega karena sudah terbebas dari tindihan.
Ku terhuyung-huyung memasuki
area parkiran, Ari berjalan jauh di depanku ketika ku melihat pemandangan yang
mencengangkan dan sekali lagi membuatku terpaku tak dapat berkata-kata…
(bersambung)
0 komentar: