GELOMBANG MIGRASI (Part.I)

Sore ini terasa panas, matahari begitu terik sejak siang. Ku habiskan rokok di balkon gedung lantai empat. Tak seorangpun menyangka ada tempat seperti itu di Gedung lengkung, hanya aku kak Dewi, kak Mashita dan Kak Dian yang sering kesana. Tentu saja karena tidak ada pintu untuk memasuki balkon tersebut. Untuk menuju kesana kamu harus menaiki kursi dan melompati jendela kaca di ruang kuliah. Jika ada yang menguncimu dari dalam maka tamatlah sudah, kamu tidak bisa kemana-mana kecuali melompat dari lantai empat.

Suasana hatiku saat ini tidak begitu enak, mungin akibat begadang semalam mengerjakan tugas Poskolonial. Rasanya berat sekali untuk langsung pulang, badanku terlalu lemas. Kuselonjorkan kakiku membelakangi balkon, dan kusetel music di handphone menggunakan headset. Sungguh nyaman dan Rileks. Kurasakan semilir angin menyentuh pipi dan leherku.

***
Sungguh Sesak!, rasanya sulit untuk bernapas. Kubuka mataku dengan susah payah. Posisi badanku berubah telentang di lantai, dan mendongak kearah langit-langit. Kurasakan lumpuh diseluruh badanku. Aku tak bisa bergerak.

Shi*t! Tindihan di saat-saat seperti ini, dan ditempat seperti ini!!

Kulirik kearah dinding gedung, senja merah jatuh di lantai balon. Perkiraanku ini sudah lebih dari pukul 17. Ku berusaha menghilangkan kepanikan. Kucoba rileks untuk menghilangkan pengaruh tindihan ini, karena aku tahu bila aku berusaha berontak energiku akan semakin terkuras dan berakhir lemas. Namun apabila aku terhanyut, aku mungkin saja bisa dirasuki roh. Sedangkan aku berada di lokasi balkon gedung lantai empat, aku harus tetap terjaga dan tetap fokus..jika tidak  ini benar-benar berbahaya.
Mataku nanar melihat bayangan hitam legam melayang diatasku, menghilang sekelebat.

Ada yang mencoba bermain-main denganku rupanya..
Kuberusaha berontak lebih keras dan mengumpulkan seluruh nyawaku, namun energiku semakin terkuras, Bayangan hitam meluas menggantikan senja.

Hari sudah mulai gelap!

Aku panik!! Kupejamkan mataku dan kucoba berteriak, namun tercekat.

Dan… Tiba-tiba saja kudengar seseorang berteriak memanggil namaku..
Aku tersadar.., pelan-pelan kubuka mataku.. Ada yang menepuk-nepuk pipiku.
Aku masih berkunang-kunang ketika ternyata aku melihat Jegeg Ari membangunkanku.
“Ari? Itu kamu?”
“Iya Ito, kamu gak papa?.., kamu kok tidur disini?, aku tadi ngambil jaketku ketinggalan di kelas.. Eh ada kamu., kupanggil-panggil gak nyahut, kupikir kamu pingsan..”
“Makasih ya Ari.. aku tadi tindihan Ri, ga bisa bangun..”
“Hah? Serius? “
Aku mengangguk. Kemudian Ari membantuku untuk bangkit. Kubergegas beranjak dari balkon. Waktu menunjukan pukul 17.40. Ari adalah mahasiswi dikelasku yang berasal dari Bali. Untunglah ada dia, aku bisa selamat.

Ruang-ruang kelas terlihat gelap namun aku merasakan aktivitas yang lain disana. Ku lihat ada sesuatu yang bersinar dari gelang yang dipakai Ari. Gelang apa itu aku tak tahu, yang aku tahu aku merasa sangat lega karena sudah terbebas dari tindihan.
Ku terhuyung-huyung memasuki area parkiran, Ari berjalan jauh di depanku ketika ku melihat pemandangan yang mencengangkan dan sekali lagi membuatku terpaku tak dapat berkata-kata…


(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar